oleh : Adi Santosa Maliki, dr., Sp.And(K) Dokter Spesilalis Andrologi
Sub-spesialis Seksologi & Anti-aging Medicine
RSIA Limijati
Disfungsi ereksi (DE) atau dalam bahasa awam dikenal dengan impotensi adalah ketidakmampuan menetap untuk memulai ereksi atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk terjadinya hubungan seksual yang memuaskan. Kurang lebih 5-20% pria di dunia mengalami keluhan ini, mulai dari yang ringan hingga berat. Penyebab
Disfungsi ereksi (DE) atau dalam bahasa awam dikenal dengan impotensi adalah ketidakmampuan menetap untuk memulai ereksi atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk terjadinya hubungan seksual yang memuaskan. Kurang lebih 5-20% pria di dunia mengalami keluhan ini, mulai dari yang ringan hingga berat. Disfungsi ereksi dapat disebabkan karena :
Gangguan pembuluh darah
Gangguan persyarafan
Obat - obatan
Kelainan pada penis
Masalah psikis yang mempengaruhi gairah seksual
Penyebab yang bersifat fisik lebih banyak ditemukan pada pria lanjut usia, sedangkan masalah psikis lebih sering terjadi pada pria yang lebih muda. Semakin bertambah umur seorang pria, maka kemungkinan terjadinya disfungsi ereksi semakin besar, meskipun disfungsi ereksi bukan merupakan hal yang wajar terjadi pada proses penuaan. Lebih tepat dikatakan, hal ini merupakan akibat dari penyakit yang sering ditemukan pada usia lanjut. Sekitar 50% pria berusia 65 tahun dan 75% pria berusia 80 tahun mengalami disfungsi ereksi.
Agar bisa terjadi ereksi, penis memerlukan aliran darah yang cukup. Karena itu penyakit pembuluh darah (misalnya aterosklerosis) bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Bisa juga terjadi akibat adanya bekuan darah atau akibat pembedahan pembuluh darah yang menyebabkan terganggunya aliran darah arteri ke penis. Faktor-faktor resiko ini hampir sama terjadi pada system organ kardiovaskuler. Faktor-faktor resiko ini hampir sama terjadi pada system organ kardiovaskuler.
Kerusakan saraf yang menuju dan meninggalkan penis juga bisa menyebabkan disfungsi ereksi. Kerusakan
saraf ini bisa terjadi akibat :
Cedera
Diabetes melitus
Sklerosis multiple
Stroke
Obat - obatan
Alkohol
Penyakit tulang belakang bagian bawah
Pembedahan rektum atau prostat
Sekitar 25% kasus impotensi disebabkan oleh obat-obatan (terutama pada pria usia lanjut yang banyak mengonsumsi obat-obatan). Obat-obat yang bisa menyebabkan impotensi adalah :
Anti - hipertensi
Anti - psikosa
Anti - depresi
Obat penenang
Simetidin
Litium
Disfungsi ereksi dapat pula terjadi akibat rendahnya kadar hormon Testosteron tetapi penurunan kadar hormon pria (yang cenderung terjadi akibat proses penuaan), biasanya lebih sering menyebabkan
penurunan gairah seksual (libido). Faktor-faktor psikis (Psychogenic ED) yang bisa menyebabkan disfungsi ereksi :
Depresi
Kecemasan
Perasaan bersalah
Perasaan takut akan keintiman
Kebimbangan tentang jenis kelamin
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Untuk membedakan penyebab fisik atau psikis, dapat ditanyakan dari ereksi tidur yang biasanya dijumpai pula saat bangun pagi/morning erection. Secara umum, jika saat penderita masih mengalami morning erection, berarti kemungkinan besar disebabkan oleh
masalah psikis dan sebaliknya, jika penderita tidak mengalami morning erection maka penyebabnya bisa karena masalah fisik.
Cara yang mudah dilakukan pula untuk menilai seberapa parah ereksi yang dialami, dengan menggunakan skala yang disebut Erection Hardness Score (lihat gambar 1). Penilaian ini dapat dilakukan oleh pasien
sendiri.
EHS Grade 1 : Penis lebih membesar namun tidak keras
EHS Grade 2 : Penis keras, namun tidak cukup keras untuk penetrasi
EHS Grade 3 : Penis cukup keras untuk penetrasi namun tidak sepenuhnya keras
EHS Grade 4 : Penis keras seluruhnya dan tegang sepenuhnya
Skala penilaian lain yang dapat digunakan adalah dengan International Index of Erectile Function Questionnaire (lihat gambar 2)
Setelah itu dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien serta pemeriksaan penunjang lainnya, seperti :
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan fungsi hati
Pemeriksaan profil lipid
Pemeriksaan hormone (ex : testosterone, terutama saat pagi hari)
Pemeriksaan reflex pada malam hari (Nocturnal Tumescence and Penile Rigidity/NTPR) menggunakan alat Rigiscan
USG pembuluh darah yang mengalirkan darah ke penis
Pengobatan
Disfungsi ereksi biasanya bisa diobati tanpa pembedahan dan jenis pengobatan tergantung kepada penyebabnya, misalnya : DE disebabkan faktor psikis memerlukan terapi psikoseksual, terjadinya penurunan kadar hormone Testosterone harus diberikan terapi hormone dan lain-lain.
Secara umum, ada tiga lini terapi pada kondisi ini :
Lini 1 : Pengobatan dengan obat-obatan misalnya dengan obat-obatan jenis PDE 5 inhibitor (ex : Viagra)
Lini 2 : Penyuntikan atau injeksi intrakavernosa pada penis.
Lini 3 : Terapi pembedahan.
Kecenderungan yang ada di masyarakat, banyak pria yang mengalami keluhan tersebut berusaha mengobati sendiri keluhannya dengan membeli obat-obatan yang tidak jelas asal dan isi kandungan
bahan aktifnya. Akibatnya banyak yang tidak berhasil mengatasi keluhannya bahkan timbul efek samping yang tidak diinginkan.
Faktor yang menyebabkan kenapa banyak kasus disfungsi ereksi tidak terdeteksi adalah karena adanya beberapa persepsi yang salah dari kaum pria mengenai disfungsi ereksi itu sendiri, seperti :
Disfungsi ereksi terjadi karena masalah psikkologis saja.
Dengan bertambahnya usia, maka wajar saja bila mengalami disfungsi ereksi.
Disfungsi ereksi adalah masalah pribadi, jadi sebaiknya jangan diceritakan ke orang luar termasuk dokter.
Hal-hal yang menyangkut masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Adanya penghalang dari segi psikologis yaitu rasa malu untuk mencari pertolongan.
Adanya penghalang dari segi sosialbudaya, yaitu lebih mempercayai bentuk pengobatan alternatif untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Semua terapi tersebut memerlukan penanganan tenaga ahli di bidang kesehatan yang kompeten. Dengan datang untuk berkonsultasi kepada dokter yang tepat, hal-hal tersebut dapat diatasi, sehingga keharmonisan rumah tangga semakin terbina.
Comments